Kita sering mengeluh tentang kefakiran kepada Allah Subhana Wata'ala, dan meminta diberikan lebih dalam soal harta kepada Nya.
Bahkan tak jarang kita juga mengeluhkan kefakiran itu kepada sesama manusia, dan ini sungguh buruk.
Hal ini terjadi karena merasa lebih rendah dari barang-barang mewah yang kita lihat dinikmati oleh orang lain.
Asal mulanya sikap ini karena kita salah dalam menilai nikmat.
Kita melihat kebendaan adalah nikmat yang luar biasa besarnya dimata kita, padahal apa yang ada pada diri kita, pada tubuh kita adalah nikmat yang luar biasa besarnya, harganya melebihi apapun benda yang ada di dunia ini.
Andai pada suatu hari ada seseorang datang meminta kedua jempol anda untuk ditukar dengan Mobil Alpard, apakah anda mau?
Atau tawaran yang lebih kecil, dia hanya meminta satu jempol atau satu mata anda untuk ditukar dengan Mobil Alpard, apakah anda mau?, tentu anda tidak mau, karena senikmat-nikmatnya naik mobil Alpard, masih lebih nikmat lagi memiliki mata dan jempol jari tangan normal untuk digunakan.
Bahkan tak jarang kita juga mengeluhkan kefakiran itu kepada sesama manusia, dan ini sungguh buruk.
Hal ini terjadi karena merasa lebih rendah dari barang-barang mewah yang kita lihat dinikmati oleh orang lain.
Asal mulanya sikap ini karena kita salah dalam menilai nikmat.
Kita melihat kebendaan adalah nikmat yang luar biasa besarnya dimata kita, padahal apa yang ada pada diri kita, pada tubuh kita adalah nikmat yang luar biasa besarnya, harganya melebihi apapun benda yang ada di dunia ini.
Andai pada suatu hari ada seseorang datang meminta kedua jempol anda untuk ditukar dengan Mobil Alpard, apakah anda mau?
Atau tawaran yang lebih kecil, dia hanya meminta satu jempol atau satu mata anda untuk ditukar dengan Mobil Alpard, apakah anda mau?, tentu anda tidak mau, karena senikmat-nikmatnya naik mobil Alpard, masih lebih nikmat lagi memiliki mata dan jempol jari tangan normal untuk digunakan.
Maka kapan-kapan datang ke sebuah dealer mobil mewah, dan tunjukkan kedua jari jempol anda didepan itu lalu berkata, " wahai mobil jari jempolku lebih mahal dari dirimu".
Dikutip dari Ustadz Maududi Abdullah.
By Siswo Kusyudhanto
No comments:
Post a Comment