Oleh Siswo Kusyudhanto
Beberapa hari yang lalu ada teman bercerita, di lingkungan rumahnya ada warga yang meninggal dunia, kemudian sore harinya setelah maghrib diadakan tahlil kematian, hal ini tidak seperti biasanya, karena biasanya tahlil kematian diadakan selepas isya', acara itu berlangsung sampai menjelang isya', bahkan ketika masjid dan mushola lain sudah mengumandangkan adzan, masjid lingkungan dia belum juga terdengar adzan, akhirnya teman ini yang melakukan adzan, dan setelah itu lama baru sebagian warga datang ke masjid itu, dan sebagian besar masih duduk di rumah ahli mayat meneruskan tahlil kematian. Subhanaallah.
Memang miris kalau lihat kenyataan seperti ini, kadang sering kita jumpai jamaah tahlil kematian lebih ramai daripada shalat berjamaah di Mushala dan Masjid, kebanyakan orang menganggap tahlil kematian lebih utama daripada shalat berjamaah.
Memang miris kalau lihat kenyataan seperti ini, kadang sering kita jumpai jamaah tahlil kematian lebih ramai daripada shalat berjamaah di Mushala dan Masjid, kebanyakan orang menganggap tahlil kematian lebih utama daripada shalat berjamaah.
Jadi teringat kajian Ustadz Maududi Abdullah, beliau mengatakan, "salah satu ciri amalan bid'ah adalah dia menjadi saingan bagi syariat utamanya. Amalan yang tidak ada tuntunannya dari Allah dan RasulNya dianggap lebih utama daripada syariat yang jelas datang dari Allah dan RasulNya."
Dibagian lain kajian, ada seorang jamaah bertanya soal hukum tahlil kematian, beliau menjawab, " Untuk melihat perkara ini, mari kita kembalikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam dan para sahabatnya, karena sebaik-baik amalan dalam agama adalah apa yang mereka kerjakan, dan menjadi kewajiban setiap Muslim mengikuti amalan mereka. Dijaman Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam dan para sahabatnya, banyak orang wafat karena perang dan juga karena sakit, jumlahnya hingga ribuan orang, bahkan itu juga diantaranya berasal dari anggota keluarga Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam sendiri, namun tidak sekalipun dalam hadist disebutkan baik Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam dan para sahabatnya mengamalkan amalan ini, menunjukkan bahwa amalan ini tidaklah benar, karena mustahil jika amalan itu baik dalam agama kemudian Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam dan para sahabatnya tidak mengetahuinya.
Waallahua'lam. "
Dibagian lain kajian, ada seorang jamaah bertanya soal hukum tahlil kematian, beliau menjawab, " Untuk melihat perkara ini, mari kita kembalikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam dan para sahabatnya, karena sebaik-baik amalan dalam agama adalah apa yang mereka kerjakan, dan menjadi kewajiban setiap Muslim mengikuti amalan mereka. Dijaman Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam dan para sahabatnya, banyak orang wafat karena perang dan juga karena sakit, jumlahnya hingga ribuan orang, bahkan itu juga diantaranya berasal dari anggota keluarga Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam sendiri, namun tidak sekalipun dalam hadist disebutkan baik Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam dan para sahabatnya mengamalkan amalan ini, menunjukkan bahwa amalan ini tidaklah benar, karena mustahil jika amalan itu baik dalam agama kemudian Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam dan para sahabatnya tidak mengetahuinya.
Waallahua'lam. "
seorang tabi'in bernama Sufyan ats Tsauri:
قال وسمعت يحيى بن يمان يقول سمعت سفيان يقول : البدعة أحب إلى إبليس من المعصية المعصية يتاب منها والبدعة لا يتاب منها
Ali bin Ja’d mengatakan bahwa dia mendengar Yahya bin Yaman berkata bahwa dia mendengar Sufyan (ats Tsauri) berkata, “Bid’ah itu lebih disukai Iblis dibandingkan dengan maksiat biasa. Karena pelaku maksiat itu lebih mudah bertaubat. Sedangkan pelaku bid’ah itu sulit bertaubat” (Diriwayatkan oleh Ibnu Ja’d dalam Musnadnya no 1809 dan Ibnul Jauzi dalam Talbis Iblis hal 22).
Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah,
أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآَهُ حَسَنًا
“Maka Apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu Dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)?” (Qs. Fathir:8)
Referensi dr "Kenapa dosa bid'ah lebih besar dari maksiat", konsultasisyariah.co
No comments:
Post a Comment