Dalam sebuah kajian Ustadz Maududi Abdullah bercerita bagaimana kerusakan agama umat Islam di jamaan sekarang, kata beliau;
Kalau Kitab berjalan sepanjang jalan dan membeli buah yang dibeli dengan cara ditimbang seperti duku, rambutan, mangga dst., mungkin yang kita beli dibeberapa tempat dan kemudian kita timbang dirumah, niscaya harusnya yang kita beli adalah 1 kg mungkin ketika ditimbang dirumah hasilnya mungkin 1,7kg atau bahkan kurang dari itu. Maka jika ada pedagang jujur saat ini niscaya sangat sulit hidupnya, karena disekelilingnya penuh dagang yang tidak jujur.
Jika ada ada wanita berhijab syar'i dan bercadar kemudian dia berjalan melintas ditengah wanita-wanita yang sedang bergossip dan mereka berpakaian membuka aurat, hanya memakai celana pendek dan baju yang kelihatan keteknya maka niscaya wanita berhijab syar'i dan bercadar itu dituding sebagai orang yang sesat oleh mereka.
Seorang pegawai yang jujur dan dalam perkerjaannya berusaha selalu bersikap jujur, sementara hampir semua teman kantornya sudah biasa berbuat tidak jujur, niscaya hidup pegawai yang jujur itu akan jadi sulit, karena pasti dia dimusuhi oleh teman2 nya.
Dan banyak lagi contoh yang mirip dengan hal2 tersebut, membuktikan bahwa mempertahankan sesuatu yang benar dan baik sangatlah sulit dijaman ini, namun itulah jalan2 ke surga, butuh istiqomah dalam amal ibadah, perlu istiqomah dalam ketaatan kepada Allah dan RasulNya meskipun sulit dan berat.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.”(HR. Muslim)
Mengenal kosa kata
Huffat: Berasal dari kata al-hafaf (الحَفَاف) yang berarti sesuatu yang meliputi sesuatu yang lain yang berarti surga dan neraka itu diliputi sesuatu. Seseorang tidak akan memasuki surga dan neraka kecuali setelah melewati hijab terebut. Dalam riwayat Bukhari kata huffat diganti dengan kata hujibat (حُجِبَت) yang berarti tabir, hijab ataupun pembatas dan keduanya memiliki makna sama. Hal ini ditegaskan Ibnul Arabi sebagaimana dinukil Ibnu Hajar dalam Fathul Baari.
Al-Jannah: Kampung kenikmatan.
Al-Makarih: Perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) berupa ketaatan dan ketundukan terhadap aturan-aturan AllahTa’ala.
An-Nar: Kampung siksaan dan adzab.
Asy-Syahawat: Nafsu yang condong kepada kejelekan-kejelekan.
Referensi dr muslim.or.id
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.”(HR. Muslim)
Mengenal kosa kata
Huffat: Berasal dari kata al-hafaf (الحَفَاف) yang berarti sesuatu yang meliputi sesuatu yang lain yang berarti surga dan neraka itu diliputi sesuatu. Seseorang tidak akan memasuki surga dan neraka kecuali setelah melewati hijab terebut. Dalam riwayat Bukhari kata huffat diganti dengan kata hujibat (حُجِبَت) yang berarti tabir, hijab ataupun pembatas dan keduanya memiliki makna sama. Hal ini ditegaskan Ibnul Arabi sebagaimana dinukil Ibnu Hajar dalam Fathul Baari.
Al-Jannah: Kampung kenikmatan.
Al-Makarih: Perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) berupa ketaatan dan ketundukan terhadap aturan-aturan AllahTa’ala.
An-Nar: Kampung siksaan dan adzab.
Asy-Syahawat: Nafsu yang condong kepada kejelekan-kejelekan.
Referensi dr muslim.or.id
No comments:
Post a Comment