Kalau ada posting yang meskipun benar dan bahkan juga disertai dalil sahhih namun selalu dibalas dengan comment buruk jadi ingat perkataan Ustadz Maududi Abdullah, " jika seseorang ingin mencari kebenaran maka dia harus mau menerima nasehat dan kritik, bersikap ikhlas kepada Allah dan RasulNya juga dia harus meninggalkan sikap fanatisme kepada kelompoknya dan fanatisme kepada adat istiadat yang selama ini dia amalkan. Jika seseorang masih bersikap fanatis kepada kelompok atau golongannya juga masih fanatis kepada kebiasaannya karena adat istiadat yang diyakini lebih benar, maka akan sangat sulit dia mau memerima nasehat dan kritikan."
Allah ta’ala dalam firman-Nya (yang artinya),
“Pada hari itu -hari kiamat- tidaklah bermanfaat harta dan keturunan kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” (QS. asy-Syu’ara’: 88-89)
Hati yang ikhlas itulah yang selamat
Ibnul Qayyim rahimahullah memaparkan,
“Ia adalah hati yang selamat dari segala syahwat/keinginan nafsu yang menyelisihi perintah dan larangan Allah serta terbebas dari segala syubhat yang menyelisihi berita yang dikabarkan-Nya.” (Ighatsat al-Lahfan, hal. 15)
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata,
“Hati yang selamat itu adalah hati yang selamat dari syirik dan keragu-raguan serta terbebas dari kecintaan kepada keburukan/dosa atau perilaku terus menerus berkubang dalam kebid’ahan dan dosa-dosa. Karena hati itu bersih dari apa-apa yang disebutkan tadi, maka konsekunsinya adalah ia menjadi hati yang diwarnai dengan lawan-lawannya yaitu; keikhlasan, ilmu, keyakinan, cinta kepada kebaikan serta dihiasinya -tampak indah- kebaikan itu di dalam hatinya. Sehingga keinginan dan rasa cintanya akan senantiasa mengikuti kecintaan Allah, dan hawa nafsunya akan tunduk patuh mengikuti apa yang datang dari Allah.” (Taisir al-Karim ar-Rahman [2/812])
Ibnul Qayyim rahimahullah juga mensifatkan pemilik hati yang selamat itu dengan ucapannya,
“…Ia akan senantiasa berusaha mendahulukan keridhaan-Nya dalam kondisi apapun serta berupaya untuk selalu menjauhi kemurkaan-Nya dengan segala macam cara…”.
Kemudian, beliau juga mengatakan, “… amalnya ikhlas karena Allah. Apabila dia mencintai maka cintanya karena Allah. Apabila dia membenci maka bencinya juga karena Allah. Apabila memberi maka pemberiannya itu karena Allah. Apabila tidak memberi juga karena Allah…” (Ighatsat al-Lahfan, hal. 15)
Referensi dr artikel "ikhlas dalam ibadah" oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas, di blog abuayas.blogspot. co
No comments:
Post a Comment