Jika kita akan membangun sebuah masjid maka sebelumnya kita harus merancang dengan ukuran-ukuran pasti, berapa kekuatan pondasinya, bagaimana pondasi itu menopang bangunan diatasnya, bagaimana bentuk atapnya, berapa besar besi rangkanya, berapa campuran semennya dan seterusnya. Dalam membangun sebuah bangunan kita harus menggunakan ilmu yang pasti, dihitung secara teliti agar hasil akhirnya kuat dan bagus, dan jika mengunakan perasaan semata atau dari tebak-tebakan niscaya bangunan itu dalam waktu singkat akan roboh. Jika dalam perkara membangun sebuah bangunan didunia kita perlu ilmu yang jelas kepastiannya, bagaimana dengan membangun rumah disurga?, tentu lebih perlu ilmu yang pasti untuk dapat membangunnya, ilmu membangun rumah disurga itu sudah disampaikan Allah dan RasulNya didalam Alquran dan As sunnah dan disampaikan oleh para ustadz dan ulama di kajian-kajian ilmu, maka datangi kajian-kajian ilmu agama itu untuk mendapatkan ilmu bagaimana caranya kita membangun rumah disurga. Jangan malas meraih ilmu yang menuju surga, karena surga tidak didapat dengan kebodohan akibat rasa malas untuk mencarinya.
Maka seseorang yang duduk di sebuah majlis ilmu agama keutamaannya disebutkan oleh Allah dan RasulNya.
Allah Ta’ala berfirman,
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” [Ali ‘Imran: 18]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Tidaklah sekelompok orang yang berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kecuali malaikat mengelilingi mereka, rahmat meliputi mereka, ketenangan turun kepada mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (para malaikat) di hadapanNya. [HR Muslim, no. 2700].
Dalam hadits ini disebutkan keutamaan “sekelompok orang yang berdzikir kepada Allah”. Dalam hadits lain lebih dijelaskan bentuk dzikir yang mereka lakukan, sebagaimana hadits di bawah ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ …وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda,”Dan tidaklah sekelompok orang berkumpul di dalam satu rumah di antara rumah-rumah Allah; mereka membaca Kitab Allah dan saling belajar diantara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (para malaikat) di hadapanNya.” [HR Muslim, no. 2699; Abu Dawud, no. 3643; Tirmidzi, no. 2646; Ibnu Majah, no. 225; dan lainnya].
Dikutip dr Ustadz Maududi Abdullah Lc.
Sumber referensi artikel "Keutamaan Majlis ilmu", karya Ustadz Abu Muslim Atsari di almanhaj.or.id
No comments:
Post a Comment