Oleh Siswo Kusyudhanto
Jika melihat beberapa orang teman minta ijin, dia berencana akan mengurangi kegiatan di Bulan Ramadhan dengan alasan ingin fokus kepada beramal ibadah saja selama bulan suci.
Jadi ingat nasehat Ustadz Abu Zubair Hawaary soal ini, kata beliau," jangan jadikan puasa dan Bulan Ramadhan menjadi alasan untuk bermalas-malasan, bahkan jam kerja dikurangi dengan alasan puasa, akhirnya muncul hadits dhaif yang tidak ada asal usulnya seperti -Tidurnya orang berpuasa adalah ibadah-, akhirnya setelah sahur tidur, siang tidur lagi, karena tidur dianggap ibadah, namun anehnya menjelang berbuka mereka jalan-jalan dan main-main seperti istilah sekarang ini ngabuburit.
Lihatlah Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam, ketika masuk Bulan Ramadhan tidak mengurangi sedikitpun kegiatan beliau, bahkan ada beberapa perang besar dijaman beliau terjadi di Bulan Ramadhan, tentu sangat berat berperang dalam keadaan berpuasa, dan tidak ada sama sekali alasan malas dalam perang karena taruhannya nyawa, waalahua'lam."
Lihatlah Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Sallam, ketika masuk Bulan Ramadhan tidak mengurangi sedikitpun kegiatan beliau, bahkan ada beberapa perang besar dijaman beliau terjadi di Bulan Ramadhan, tentu sangat berat berperang dalam keadaan berpuasa, dan tidak ada sama sekali alasan malas dalam perang karena taruhannya nyawa, waalahua'lam."
---------
Hadits ,
Hadits ,
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ، وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ
“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Diamnya adalah tasbih. Do’anya adalah do’a yang mustajab. Pahala amalannya pun akan dilipatgandakan.”
“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Diamnya adalah tasbih. Do’anya adalah do’a yang mustajab. Pahala amalannya pun akan dilipatgandakan.”
Perowi hadits ini adalah ‘Abdullah bin Aufi. Hadits ini dibawakan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 3/1437. Dalam hadits ini terdapat Ma’ruf bin Hasan dan dia adalah perowi yang dho’if (lemah). Juga dalam hadits ini terdapat Sulaiman bin ‘Amr yang lebih dho’if dari Ma’ruf bin Hasan.
Dalam riwayat lain, perowinya adalah ‘Abdullah bin ‘Amr. Haditsnya dibawakan oleh Al ‘Iroqi dalam Takhrijul Ihya’ (1/310) dengan sanad hadits yang dho’if (lemah).
Kesimpulan: Hadits ini adalah hadits yang dho’if. Syaikh Al Albani dalam Silsilah Adh Dho’ifah no. 4696 mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits yang dho’if (lemah).
Kesimpulan: Hadits ini adalah hadits yang dho’if. Syaikh Al Albani dalam Silsilah Adh Dho’ifah no. 4696 mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits yang dho’if (lemah).
Sumber Referensi, " Tidurnya Orang Yang Berpuasa adalah Ibadah", karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Msc. Di rumaysho.c
No comments:
Post a Comment