Oleh Siswo Kusyudhanto
Dikisahkan oleh salah satu teman, di desanya pernah diadakan tabligh Akbar yang mendatangkan ustadz terkenal sebagai pematerinya, maka pada hari pelaksanaan tabligh Akbar hampir semua penduduk desa itu hadir dilapangan desa, sehingga lapangan desa sesak oleh manusia, ribuan orang hadir dalam acara tersebut, semua aparat desa datang dalam acara itu bahkan warga dari desa sekitarnya juga hadir mendatanginya.
Maka berkumpul ribuan orang ingin mendengar tausiah si ustadz, kebanyakan orang datang karena mereka suka cara penyampaian materi si ustadz, karena menghibur dengan kelucuannya.
Namun kata teman itu prihatinnya saat shalat fardhu di Masjid desa setempat yang hadir secara rutin shalat berjamaah mungkin tidak lebih dari 20 orang, kadang malah kurang dari itu, SubhanaAllah.
Juga sebenarnya sering diadakan kajian rutin di Masjid desa membahas tauhid, fikih amal ibadah dan muamalah, namun yang datang tidak lebih dari belasan orang saja.
Subhanallah.
Subhanallah.
Jadi ingat kajian Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah ketika membahas keadaan umat akhir jaman, kata beliau ciri yang melekat kepada umat akhir jaman adalah merajalela kebodohan, beragama mereka kebanyakan hanya menuruti syahwat semata, jika suka dia ikuti, jika tidak disukai maka ditinggalkan, mereka beragama bukan didasarkan dari dalil Sahhih dari Al-Qur'an dan As Sunnah.
Semisal kajian yang berisi banyak lelucon dan menghibur lebih disukai banyak orang daripada kajian yang sarat akan ilmu yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah yang Sahhih,.
Padahal kajian yang hanya banyak berisi lelucon dan menghibur tidak akan banyak memberikan perubahan kepada para pendengarnya, sementara kajian yang sarat ilmu syar'i yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah yang Sahhih banyak memberikan perubahan kepada pendengarnya karena ada ilmu bermanfaat yang dia dapatkan guna memperbaiki amal ibadah dalam kehidupannya.
Tanda kiamat kecil diantaranya yakni ilmu senantiasa terus berkurang, sementara kebodohan semakin banyak, sehingga banyak orang yang tidak mengenal kewajiban-kewajiban dalam Islam.
Waalahua'lam.
Waalahua'lam.
Dijelaskan dalam ash-Shahiihain dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ.
‘Di antara tanda-tanda Kiamat adalah hilangnya ilmu dan tersebarnya kebodohan.’”
[Shahiih al-Bukhari, kitab al-‘Ilmu bab Raf’ul ‘Ilmi wa Zhuhuurul Jahli (I/178, al-Fath), dan Shahiih Muslim, kitab al-‘Ilmi bab Raf’ul ‘Ilmi wa Qabdhahu wa Zhuhuurul Jahli wal Fitan fi Aakhiriz Zamaan (XVI/222, Syarh an-Nawawi).]
Diriwayatkan dari Hudzaifah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَدْرُسُ اْلإِسْلاَمُ كَمَا يَدْرُسُ وَشْيُ الثَّوْبِ حَتَّى لاَ يُدْرَى مَا صِيَامٌ، وَلاَ صَلاَةٌ، وَلاَ نُسُكٌ، وَلاَ صَدَقَةٌ وَيُسْرَى عَلَى كِتَابِ اللهِ k فِـي لَيْلَةٍ فَلاَ يَبْقَى فِي اْلأَرْضِ مِنْهُ آيَةٌ، وَتَبْقَى طَوَائِفُ مِنَ النَّاسِ: الشَّيْخُ الْكَبِيرُ، وَالْعَجُوزُ، يَقُولُونَ: أَدْرَكْنَا آبَاءَنَا عَلَى هَذِهِ الْكَلِمَةِ؛ يَقُولُونَ: لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ فَنَحْنُ نَقُولُهَا: فَقَالَ لَهُ صِلَةُ: مَا تُغْنِي عَنْهُمْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَهُمْ لاَ يَدْرُونَ مَا صَلاَةٌ، وَلاَ صِيَامٌ، وَلاَ نُسُكٌ، وَلاَ صَدَقَةٌ فَأَعْرَضَ عَنْهُ حُذَيْفَةُ، ثُمَّ رَدَّدَهَا عَلَيْهِ ثَلاَثًا، كُلَّ ذَلِكَ يُعْرِضُ عَنْهُ حُذَيْفَةُ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْهِ فِي الثَّالِثَةِ، فَقَالَ: يَا صِلَةُ! تُنْجِيهِمْ مِنَ النَّارِ، ثَلاَثًا.
“Islam akan hilang sebagaimana hilangnya hiasan pada pakaian sehingga tidak diketahui lagi apa itu puasa, tidak juga shalat, tidak juga haji, tidak juga shadaqah. Kitabullah akan diangkat pada malam hari hingga tidak tersisa di bumi satu ayat pun, yang tersisa hanyalah beberapa kelompok manusia: Kakek-kakek dan nenek-nenek, mereka berkata, ‘Kami men-dapati nenek moyang kami (mengucapkan) kalimat ini, mereka mengucapkan, ‘Laa ilaaha illallaah’, maka kami pun mengucapkannya. Lalu Shilah [11] berkata kepadanya, “(Kalimat) Laa Ilaaha Illallaah tidak berguna bagi mereka, sedangkan mereka tidak mengetahui apa itu shalat, tidak juga puasa, tidak juga haji, dan tidak juga shadaqah. Lalu Hudzaifah berpaling darinya, kemudian beliau mengulang-ulangnya selama tiga kali. Setiap kali ditanyakan hal itu, Hudzaifah berpaling darinya, lalu pada ketiga kalinya Hudzaifah menghadap dan berkata, “Wahai Shilah, kalimat itu menyelamatkan mereka dari Neraka (sebanyak tiga kali).”
[Sunan Ibni Majah, kitab al-Fitan bab Dzahaabul Qur-aan wal ‘Ilmi (II/1344-1245), al-Hakim dalam al-Mustadrak (IV/473), dan beliau berkata, “Hadits ini shahih dengan syarat Muslim, akan tetapi al-Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya.” Dan disepakati oleh adz-Dzahabi.
Ibnu Hajar berkata, “Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan sanad yang kuat.” Fat-hul Baari (XIII/16).
Al-Albani berkata, “Shahih.” Lihat kitab Shahiih al-Jaami’ish Shaaghiir (VI/339, no. 7933).]
Ibnu Hajar berkata, “Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan sanad yang kuat.” Fat-hul Baari (XIII/16).
Al-Albani berkata, “Shahih.” Lihat kitab Shahiih al-Jaami’ish Shaaghiir (VI/339, no. 7933).]
Sumber Referensi, "Tanda-tanda kiamat Kecil", karya Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil di almanhaj.or
No comments:
Post a Comment