Oleh Siswo Kusyudhanto
Suatu waktu saya pernah jumpai seorang anak membentak dan mencaci maki ketika bertengkar dengan orang tuanya, mungkin si anak merasa diatas kebenaran dalam hal yang dipertengkarkan namun caci maki dan kata kasar sangat terlarang dalam Islam, apalagi terlebih jika ditujukan kepada orang tua.
Dalam sebuah kajian Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas mengatakan, " Allah melarang seorang anak mengatakan -ah- kepada orang tuanya, ini adalah perkataan kasar paling rendah dari semua kata kasar yang ada, artinya yang paling ringan saja terlarang diucapkan seorang anak kepada orang tuanya apalagi jika perkataan kasar lebih dari itu, tentu sangat terlarang. Kenapa hal ini terlarang?, Karena setiap perbuatan sehebat apapun seorang anak kepada orang tua dengan tujuan berbakti kepada orang tuanya tidak sebanding dengan pengorbanan orang tua kepada anaknya, maka terlarang mengangkat suara lebih tinggi dari orang tuanya, waallahua'lam."
Dalam sebuah kajian Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas mengatakan, " Allah melarang seorang anak mengatakan -ah- kepada orang tuanya, ini adalah perkataan kasar paling rendah dari semua kata kasar yang ada, artinya yang paling ringan saja terlarang diucapkan seorang anak kepada orang tuanya apalagi jika perkataan kasar lebih dari itu, tentu sangat terlarang. Kenapa hal ini terlarang?, Karena setiap perbuatan sehebat apapun seorang anak kepada orang tua dengan tujuan berbakti kepada orang tuanya tidak sebanding dengan pengorbanan orang tua kepada anaknya, maka terlarang mengangkat suara lebih tinggi dari orang tuanya, waallahua'lam."
Allah Ta’ala berfirman:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” (Al-Israa’ : 23-24).
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Yang dimaksud dengan berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya adalah berbakti, mengasihi dan lemah lembut kepadanya. Dan yang dimaksud dengan membentak mereka adalah berbicara secara kasar di saat keduanya memasuki masa tua mereka. Seyogyanyalah kita berkhidmat kepada keduanya sebagaimana mereka telah mengurus kita. Bagaimanapun juga mereka tetap yang lebih baik. Dan bagaimana bisa sama, keduanya telah derita karena kita, demi mengharapkan kehidupan kita. Sedangkan kita jika pun menanggung derita karena keduanya, kita mengharapkan kematiannya. Lalu mana mungkin bisa sama? Dan adapun yang dimaksud dengan perkataan yang mulia adalah perkataan yang lemah lembut lagi santun.”
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Allah Ta’ala berfirman yang memerintahkan kepada para hamba-Nya agar beribadah kepada-Nya yang tiada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya kata ‘al-qadha’ dalam ayat ini maksudnya adalah perintah. Mujahid rahimahullah berkata: “Wa qadha maksudnya (Allah) memerintahkan.” ‘Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin Mas’ud dan Dhahhak bin Muzahim, membaca ayat tersebut seperti berikut ini: “Rabbmu memerintahkan agar engkau tidak beribadah kecuali hanya kepada-Nya.” Oleh karena itu, Allah Ta’ala menyandingkan perintah berbakti kepada kedua orang tua pada perintah beribadah kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “… dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua orang tuamu dengan sebaik-baiknya.” Maksudnya Allah memerintahkan agar engkau berbuat baik kepada kedua orang tuamu yang demikian itu seperti firman-Nya dalam surat yang lain, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Bersyukurlah kepada-Ku, dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku tempat kembalimu.” (QS. Luqman: 14)”.
Adapun firman Allah Ta’ala(yang artinya): “Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya ‘ah’.” Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Yaitu janganlah kamu memperdengarkan kepada keduanya perkataan yang buruk, walaupun perkataan hanya perkataan “ah” yang merupakan perkataan buruk yang paling rendah. “Dan janganlah kamu membentak mereka,” yaitu janganlah ada pada dirimu kepada mereka berperbuatan yang buruk. Atha’bin Rabbah berkata, “Yaitu janganlah kamu memukulkan tanganmu kepada kedua orang tuamu”.
Adapun firman Allah Ta’ala (yang artinya): “Dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia,” yaitu perkataan yang lembut dan baik dengan penuh kesopanan, kesantunan dan penghormatan.
Adapun firman Allah Ta’ala (yang artinya): “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh kesayangan,” yaitu tawadhu’lah kepada mereka dengan perbuatanmu. “Dan ucapkanlah, Wahai Rabbku kasihanilah keduanya,” yaitu semasa tua mereka dan setelah mereka meninggal dunia. “Sebagaimana mereka telah mendidiku di waktu kecilku.” Yaitu pada usia tuanya dan pada saat wafatnya.
Ibu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Kemudian Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya (yang artinya), ‘Tidak sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman meminta ampun kepada Allah bagi orang-orang musyrik…..’” dan selanjutnya. (QS. At-Taubah: 113).
Sumber referensi."Umi ijinkan aku menangis", karya Abu Unaiyyah As Syahabbaby, penerbit Darul Ilmi Bandung.
No comments:
Post a Comment