Mungkin ada dikalangan jamaah kajian Sunnah memggunakan ketaatan yang ada pada dirinya untuk mendapatkan dunia, semisal ada seseorang yang sering duduk di kajian Sunnah memgeluhkan keadaan ekonominya kepada teman jamaah lainnya semisal mengatakan, "sejak saya hijrah dalam pemahaman sunnah rizki saya kok sulit yaa, karena saya harus meninggalkan perkara riba dan hal yang menyelisihi syariat, padahal dulu itu cara saya mendapatkan nafkah", dia mengatakan itu kepada teman2 jamaah lainnya agar mendapat simpati dan bantuan secara ekonomi karena kasihan, hal demikian seharusnya dijauhi, karena ini jauh dari perilaku yang dicontohkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam.
Mari kita lihat bagaimana Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam ketika dalam keadaan sulit beliau dengan terpaksa menggadaikan barang yang dimilikinya kepada seorang Yahudi, hal ini demi untuk mendapatkan sejumlah gandum untuk mencukupi kebutuhan keluarga besarnya. Kalau ditanya kenapa beliau menggadaikan kepada orang yahudi? Dan kenapa tidak kepada seorang muslim?, karena jika Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam menyampaikan kebutuhannya kepada umat muslim saat itu pasti mereka akan berbondong-bondong mencari gandum dan memberikan gratis kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam, karena mereka sangat mencintai beliau, jangankan gandum, bahkan nyawa mereka rela berikan jika untuk keselamatan beliau. Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam menggadaikan barang kepada orang yahudi karena dijaman itu hanya orang yahudi saja yang dengan berani menafsir barang Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam.
Lihat bagaimana begitu mulianya akhlak Rasulullah yang tidak mau memanipulasi kecintaan umatnya demi kepentingan dirinya, harusnya kita meniru perilaku beliau, dengan tidak menggunakan ketaatan kita untuk meraih dunia, insyaAllah.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha, beliau berkata,
وَدِرْعُهُ مَرْهُونَةٌ عِنْدَ يَهُودِيٍّ بِثَ ثَالِينَ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ x تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ
“Rasulullah wafat, sedangkan baju perang beliau masih digadaikan kepada seorang Yahudi dengan nilai tiga puluh sha’ gandum. ”
Takhrij Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh sejumlah sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, antara lain Aisyah, Anas bin Malik, Abdullah bin Abbas, dan Asma’ binti Yazid. Adapun hadits Anas bin Malik, perawi dari beliau adalah Qatadah, dikeluarkan oleh al-Bukhari (2/9—10,115), an-Nasa’i (2/224), at-Tirmidzi (1/229), Ibnu Majah (2437), Ibnu Hibban (1124), dan Ahmad (3/133, 208, 238). Adapun hadits Ibnu Abbas c, perawi dari beliau adalah Ikrimah, dikeluarkan oleh an-Nasa’i, at-Tirmidzi, ad-Darimi (2/259), dan Ahmad (1/236). Adapun hadits Asma’ binti Yazid, perawi dari beliau adalah Syahr bin Hausyab, dikeluarkan oleh Ibnu Majah (2438) dan Ahmad (6/453). Adapun hadits ‘Aisyah ‘Aisyah radhiyallahu’anha di atas, perawi dari beliau adalah al-Aswad bin Yazid.
Dikutip dr Ustadz Erwandi Tarmidzi MA.
وَدِرْعُهُ مَرْهُونَةٌ عِنْدَ يَهُودِيٍّ بِثَ ثَالِينَ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ x تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ
“Rasulullah wafat, sedangkan baju perang beliau masih digadaikan kepada seorang Yahudi dengan nilai tiga puluh sha’ gandum. ”
Takhrij Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh sejumlah sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, antara lain Aisyah, Anas bin Malik, Abdullah bin Abbas, dan Asma’ binti Yazid. Adapun hadits Anas bin Malik, perawi dari beliau adalah Qatadah, dikeluarkan oleh al-Bukhari (2/9—10,115), an-Nasa’i (2/224), at-Tirmidzi (1/229), Ibnu Majah (2437), Ibnu Hibban (1124), dan Ahmad (3/133, 208, 238). Adapun hadits Ibnu Abbas c, perawi dari beliau adalah Ikrimah, dikeluarkan oleh an-Nasa’i, at-Tirmidzi, ad-Darimi (2/259), dan Ahmad (1/236). Adapun hadits Asma’ binti Yazid, perawi dari beliau adalah Syahr bin Hausyab, dikeluarkan oleh Ibnu Majah (2438) dan Ahmad (6/453). Adapun hadits ‘Aisyah ‘Aisyah radhiyallahu’anha di atas, perawi dari beliau adalah al-Aswad bin Yazid.
Dikutip dr Ustadz Erwandi Tarmidzi MA.
No comments:
Post a Comment