Dakwah setan salah satunya yakni membuat sebuah perkara menjadi samar, kabur, remang2 sehingga perkara yang semulanya terang dan jelas menjadi sulit dilihat kebenaran dan kesalahan didalamnya. Akibatnya manusia sulit membedakan mana kesesatan dan mana hidayah, mana sunnah dan mana bid'ah, mana ketaatan dan kemaksiatan, mana halal dan haram dan seterusnya.
Dan gejala menyamarkan sebuah perkara banyak terjadi dijaman ini, dalam salah satu kajian Ustadz Firanda Adirja menjelaskan bagaimana usaha manusia yang tertipu dakwah setan ini mengkaburkan sebuah perkara, "misal dijaman dahulu sekitar tahun 80an wanita nakal dijaman itu disebut Wanita Tuna Susila(WTS), maka pada saat itu seorang wanita yang mendapat gelar WTS akan sangat malu dan menutupi jika dia bekerja menjajakan cinta, di akan menutupi rapat2 pekerjaannya itu. Bandingkan dengan jaman sekarang, profesi yang sama disebut dengan Pekerja Sex Komersial(PSK), maka gara2 memperhalus istilah ini dampaknya sangat luas, derajat pekerjaan yang berhubungan dengan zina ini menjadi agak " mulia" dimata masyarakat. Makanya jangan heran jika pada suatu saat seseorang bertanya, "pekerjaannya apa mbak?", dia akan menjawab dengan percaya diri menjawab " PSK mas". Sama halnya dengan penamaan riba yang diganti dengan bunga, kalau saja setiap istilah bunga dikembalikan ke istilah asalnya yakni riba, niscaya orang tidak akan mau menabung di bank, mengambil kredit rumah, mengambil kredit motor dan seterusnya, karena mereka akan takut terjebak riba. Bagaimana tidak takut kalau kita nabung dibank kemudian costumer servicenya bilang, "pak ini ribanya sekian ya pak", atau " pak jumlah riba dalam kredit rumah bapak sekian", jika demikian mungkin transaksi yang berkaitan riba akan tutup karena konsumennya takut terlibat riba. Maka untuk memperhalusnya mereka ganti dengan bunga, agar terkesan indah, siapa yang gak mau dikasih bunga?".
Syubhat artinya samar, kabur, atau tidak jelas. Penyakit syubhat yang menimpa hati seseorang akan merusakkan ilmu dan keyakinannya. Sehingga jadilah “perkara ma’ruf menjadi samar dengan kemungkaran, maka orang tersebut tidak mengenal yang ma’ruf dan tidak mengingkari kemungkaran. Bahkan kemungkinan penyakit ini menguasainya sampai dia menyakini yang ma’ruf sebagai kemungkaran, yang mungkar sebagai yang ma’ruf, yang sunnah sebagai bid’ah, yang bid’ah sebagai sunnah, al-haq sebagai kebatilan, dan yang batil sebagai al-haq”. [Tazkiyatun Nufus, hal: 31, DR. Ahmad Farid]
firman Allah Azza wa Jalla.
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضُُ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذّابٌ أَلِيمُ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ {10} وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لاَ تُفسِدُوا فِي اْلأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ {11}
Dalam hati mereka (orang-orang munafik) ada penyakit (syubhat; keraguan), lalu Allah menambah penyakit itu; dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka, “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,” mereka menjawab, “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” [Al Baqarah : 10-11]
Referensi artikel *syubhat dan syahwat", karya Ustadz Muhammad Atsari di muslim.or.id.co
No comments:
Post a Comment