Kemarin hari jumat ada teman saya baru pertama kali menjadi Khatib Shalat jumat untuk pertama kalinya di Masjid desa kami, tema yang dibawakan adalah menjaga diri dan keluarga dari siksaan api neraka, Ketika mengawali khutbahnya ada sekelompok jamaah pengembara masuk masjid mungkin mereka akan berangkat ke sebuah daerah, karena temanya adalah menjaga keluarga tentu berlawanan dengan sedang mereka lakukan, justru mereka meninggalkan keluarga dengan alasan dakwah sekalipun. Maka selama jalannya khutbah mereka terlihat gelisah, apalagi ketika teman saya sebutkan Surat At Tahrim 6 beserta tafsirnya dari Ibnu Katsir, makin kelihatan mereka sangat gelisah, nengok kanan kiri, karena dalam tafsir ayat itu disebutkan kewajiban setiap kepala keluarga agar selalu menjaga keluarganya berada dijalan yang diridhoi oleh Allah. Dan puncak kegelisahan mereka terlihat ketika shalat jumat dilaksanakan, begitu imam mengucapkan salam langsung mereka kabur.
Padahal ciri mukmin sejati harusnya ketika mendengar sebuah ayat disampaikan dia dapat mengambil pelajaran dari ayat itu kemudian amalkan, kenapa alergi kepada perkataannya Tuhannya???. Dan sebaliknya jika ingkar kepada ayat2 Alquran mereka sangat sedikit mengambil pelajaran darinya, waallahua'lam.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur`ân untuk (menjadi) pelajaran, maka adakah orang yang (mau) mengambil pelajaran? [al-Qomar/54:17]
TAFSIR AYAT:
Al-Qur`ân adalah cahaya yang menerangi umat manusia di dunia ini. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabbmu (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (al-Qur`ân) [an-Nisâ/4:174]
Syaikh asy-Syinqîthi rahimahullah mengatakan, “Tidak diragukan lagi, bahwa al-Qur`ân al-‘Azhîm merupakan cahaya yang diturunkan Allâh k ke dunia untuk menjadi sumber pelita. Melalui cahaya itu, diketahui perbedaan antara kebenaran dan kebatilan, yang baik dan yang buruk, yang bermanfaat dan yang berbahaya serta perkara hidayah dan kesesatan”.
Allah Azza wa Jalla telah memuji orang-orang yang beriman karena mereka mengkuti al-haq dalam firmannya:
أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَىٰ ۚ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari rabbmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, [a-Ra’d/13:19]
Imam Ibnu Katsîr rahimahullah berkata tentang makna ayat ini: “Maka tidaklah sama orang yang meyakini kebenaran yang engkau bawa –wahai Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam – dengan orang yang buta, yang tidak mengetahui dan memahami kebaikan. Seandainya memahami, dia tidak mematuhinya, tidak mempercayainya, dan tidak mengikutinya”
Sumber referensi almanhaj or id.co
No comments:
Post a Comment