Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian seorang ustadz menyebutkan, " Jangan kita membiasakan diri ketika ada seseorang meninggal dunia dengan mengatakan, dia beristirahat dengan tenang sekarang, karena jika kita seorang Muslim, dan mengimani apa yang disampaikan oleh Allah dan RasulNya, maka keadaan seseorang yang meninggal dunia bukan sedang melalui masa istirahat, justru ketika seseorang mati perjalanan panjang sedang dimulai dan urusan-urusan berat sudah menantinya. Didalam kubur dia ditanya beberapa pertanyaan yang hanya dapat dijawab dengan amalannya selama di dunia, jika amalannya benar dan lurus dia selamat, sebaliknya jika banyak perbuatan dosa selama didunia dia diazab kubur sampai dia dibangkitkan setelah kiamat, dan itu berlangsung bisa dalam waktu yang sangat lama.
Belum lagi dia menghadapi beratnya urusan hisab di Padang Mahsyar, juga masih melalui sirath dan ujungnya antara Surga dan Neraka.
Jangan sekali-kali menyebutkan seseorang yang sudah meninggal dunia dengan sedang istirahat.
Waallahua'lam."
Belum lagi dia menghadapi beratnya urusan hisab di Padang Mahsyar, juga masih melalui sirath dan ujungnya antara Surga dan Neraka.
Jangan sekali-kali menyebutkan seseorang yang sudah meninggal dunia dengan sedang istirahat.
Waallahua'lam."
Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al Hasyr: 18)
Dalam menafsirkan ayat di atas Imam Qotadah berkata: “Senantiasa tuhanmu (Allah) mendekatkan (waktu terjadinya) hari kiamat, sampai-sampai Dia menjadikannya seperti besok.” (Dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Ighaatsatul Lahfan (hal. 152 – Mawaaridul Amaan). Beliau (Abu Qatadah) adalah Qotadah bin Di’aamah As Saduusi Al Bashri (wafat setelah tahun 110 H), imam besar dari kalangan tabi’in yang sangat terpercaya dan kuat dalam meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (lihat kitab Taqriibut Tahdziib, hal. 409)
Semoga Allah ta’ala meridhai sahabat yang mulia Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu yang mengingatkan hal ini dalam ucapannya yang terkenal: “Hisab-lah (introspeksilah) dirimu (saat ini) sebelum kamu di-hisab (diperiksa/dihitung amal perbuatanmu pada hari kiamat), dan timbanglah dirimu (saat ini) sebelum (amal perbuatan)mu ditimbang (pada hari kiamat), karena sesungguhnya akan mudah bagimu (menghadapi) hisab besok (hari kiamat) jika kamu (selalu) mengintrospeksi dirimu saat ini, dan hiasilah dirimu (dengan amal shaleh) untuk menghadapi (hari) yang besar (ketika manusia) dihadapkan (kepada Allah ta’ala):
يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ
“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Allah), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi-Nya).” (Qs. Al Haaqqah: 18). (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab beliau Az Zuhd (hal. 120), dengan sanad yang hasan)
Sumber Referensi "Perjalanan menuju Akhirat", karya Ustadz Abdullah Taslim di Muslim.or
No comments:
Post a Comment