Oleh Siswo Kusyudhanto
Disampaikan oleh Ustadz Ali Ahmad dalam sebuah kajian beliau, suatu saat beliau mengisi kajian di Kota Medan, seperti biasa beliau selalu meminta teh es manis diatas meja beliau, dan karena diminum oleh ustadz beberapa kali dan es dalam gelas beliau sudah mencair dan hampir habis, melihat ini salah satu ikhwan panitia berinisatif mengisi es batu kedalam gelas ustadz, dia segera membeli es batu dalam kantung palstik, sesampai di meja ustadz dia mengambil es batu di kantung plastik itu dengan jari-jarinya kemudian dimasukkan ke dalam gelas ustadz.
Melihat itu jamaah kajian yang hadir kelihatan tegang karena marah dengan yang dilakukan si ikhwan panitia, karena tentu tidak sopan menggunakan tangan mengambil es batu dan memasukkan es batu ke dalam gelas ustadz.
Mengetahui gelagat seperti itu segera Ustadz Ali Ahmad mengatakan, " Ya ikhwan antum jangan menganggap si ikhwan tidak sopan, saya lebih percaya dengan kebersihan tangan si ikhwan karena dia hanya menggunakan tangannya ketika makan, dia tidak makan dengan tangan orang lain, tidak ada kita meminjam tangan orang lain untuk makan.
Sementara jika kita menggunakan sendok itu nurut saya kurang bersih, karena sendok dapat dipakai siapa saja yang menggunakannya, bisa berganti-ganti orang."
Setelah ustadz mengatakan demikian situasi jamaah langsung turun tensinya. Setelah kajian selesai dibelakang Ustadz Ali Ahmad menasehati si ikhwan panitia yang menggunakan tangan memasukkan es ke gelas beliau, bahwa yang dilakukan seperti itu kurang sopan.
MasyaAllah semoga kisah ini menjadi teladan kita dalam menasehati orang lain, waallahua'lam.
Sementara jika kita menggunakan sendok itu nurut saya kurang bersih, karena sendok dapat dipakai siapa saja yang menggunakannya, bisa berganti-ganti orang."
Setelah ustadz mengatakan demikian situasi jamaah langsung turun tensinya. Setelah kajian selesai dibelakang Ustadz Ali Ahmad menasehati si ikhwan panitia yang menggunakan tangan memasukkan es ke gelas beliau, bahwa yang dilakukan seperti itu kurang sopan.
MasyaAllah semoga kisah ini menjadi teladan kita dalam menasehati orang lain, waallahua'lam.
Al Hafizh Ibnu Rajab berkata: “Apabila para salaf hendak memberikan nasehat kepada seseorang, maka mereka menasehatinya secara rahasia… Barangsiapa yang menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat. Dan barangsiapa yang menasehatinya di depan orang banyak maka sebenarnya dia mempermalukannya.” (Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam, halaman 77)
Abu Muhammad Ibnu Hazm Azh Zhahiri menuturkan, “Jika kamu hendak memberi nasehat sampaikanlah secara rahasia bukan terang-terangan dan dengan sindiran bukan terang-terangan. Terkecuali jika bahasa sindiran tidak dipahami oleh orang yang kamu nasehati, maka berterus teranglah!” (Al Akhlaq wa As Siyar, halaman 44)
Allah Ta'ala berfirman,
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih, saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya tetap di atas kesabaran” (QS. Al-’Ashr [103]: 1-3).
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih, saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya tetap di atas kesabaran” (QS. Al-’Ashr [103]: 1-3).
Sumber Referensi "Menasehati Tanpa Melukai
Lilis Mustikaningrum di web muslimah,or
Lilis Mustikaningrum di web muslimah,or
No comments:
Post a Comment