Oleh Siswo Kusyudhanto
Salah satu ciri yang melekat pada Masjid-masjid berbasis kajian Sunnah adalah tidak memutar rekaman Murattal Al-Qur'an, namun disitu paling banyak orang membaca Al-Qur'an dibandingkan masjid-masjid pada umumnya.
Semisal di Masjid Raudhatul Jannah, sejauh masjid itu berdiri tegak tidak pernah sekalipun memutar Murattal Al-Qur'an kemudian disuarakan dengan speaker, dan sejauh ini speaker hanya digunakan untuk menyuarakan adzan saja, namun disinilah banyak orang belajar dan membaca Al-Qur'an, apalagi ketika masuk Bulan Ramadhan seperti sekarang ini.
Jika dimasjid lainnya disela antara menunggu sesi shalat tarawih selalu dipenuhi suara orang bershalawat yang tidak diketahui asal muasalnya, namun dimasjid Raudhatul Jannah ini antara shalat tarawih selalu dipenuhi suara jama'ah yang sedang berlomba untuk mengkhatamkan Al-Qur'an, karena ini adalah amalan yang mulia dibulan suci yang juga diamalkan para ulama salaf dimasa lalu.
Sepanjang shaf hampir semua jamaah memegang Mushaf Al-Quran dan Hp dengan aplikasi mushaf dan mereka membacanya, dengan jumlah jamaah ribuan seperti itu meskipun suara mereka pelan namun terdengar ramai riuh, dimulai selesai berbuka bersama sampai masuk isya' dan diantara shalat terawih ke shalat terawih berikutnya.
Muhammad bin Idri Asy-Syafi’i yang kita kenal dengan Imam Syafi’i yang terkenal sebagai salah satu ulama madzhab sebagaimana disebutkan oleh muridnya Ar-Rabi’ bin Sulaiman,
كَانَ الشَّافِعِيُّ يَخْتِمُ القُرْآنَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ سِتِّيْنَ خَتْمَةً
“Imam Syafi’i biasa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan sebanyak 60 kali.” Ditambahkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa khataman tersebut dilakukan dalam shalat. (Siyar A’lam An-Nubala’, 10: 36). Bayangkan, Imam Syafi’i berarti mengkhatamkan Al-Qur’an sehari dua kali. MasyaAllah.
Allah Ta’ala berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)” QS. (Al Baqarah : 185)
Nabi Shallallahu ’alaihi wa salam. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,
أن جبريل كان يعْرضُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ كُلَّ عَامٍ مَرَّةً ، فَعرضَ عَلَيْهِ مَرَّتَيْنِ فِي الْعَامِ الَّذِي قُبِضَ فيه
“Dahulu Jibril mendatangi dan mengajarkan Al-Qur’an kepada Nabi shalallahu ‘alayhi wa sallam setiap tahun sekali (pada bulan ramadhan). Pada tahun wafatnya Rasulullah shalallahu ‘alayi wasallam Jibril mendatangi dan mengajarkan Al-Qur’an kepada beliau sebanyak dua kali (untuk mengokohkan dan memantapkannya)” ( HR. Bukhari no. 4614)
Ibnu Atsir rahimahullah menjelaskan,
أي كان يدارسه جميع ما نزل من القرآن
“yaitu mempelajari (mudarasah) semua ayat Al-Quran yang turun” ( Al-Jami’ fi Gharib Hadits, 4/64).
Sumber Referensi
-"Keutamaan mengatamkan Al-Qur'an dibulan Ramadhan", karya Ustadz Dr. Raehanul Bahraen di muslim.or
-"Kisah menakjubkan para ulama mengkhatamkan Al-Qur'an", karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Msc di rumahku.c
Foto jamaah shalat tarawih Masjid Raudhatul Jannah Pekanbaru.
No comments:
Post a Comment