Saya gak kebayang kalau punya istri seorang ahlul bid'ah yang sangat taat kepda kebid'ahannya, apalagi ditambah amalan-amalan syiriknya, mungkin yang terjadi setiap saat adalah pertengkaran diantara saya dan istri saya, niscaya jauh dari keluarga sakinah mawwadah warohmah.
Maka saya sangat bersyukur mempunyai istri yang beramal ibadah diatas dalil sahhih sesuai Alquran dan hadist.
Bayangkan bagaimana gak bertengkar kalau misal saya berusaha menjauhi amalan bid'ah dan syirik sementara istri saya hobby berat sama bid'ah dan kesyirikan?.
Istri saya ingin mengadakan tahlil kematian untuk orang tuanya sementara saya berusaha melarangnya, dan saya sampaikan bahwa amalan sunnah justru berlawanan dengan amalan tahlil kematian, berdasarkan hadist Ja'far, harusnya jamaah yang menyantuni makanan pada ahli mayat, bukan malah sebaliknya malah minta makan pada ahli mayat.
Misal juga jika istri jadi panitia shalawat akbar di lapangan desa, mengundang seorang habib untuk memimpin acara tersebut, menghabiskan dana hingga belasan atau puluhan juta untuk segala pernak perniknya seperti sewa tenda, kursi dan tentu amplop bagi sang habib, Tentu saya akan melarangnya dengan keras karena shalat dan dzikir seperti itu jelas berlawanan dengan sunnahnya, karena sunnahnya dzikir dan bershalawat dilakukan dengan suara pelan, tidak berjamaah dan tidak ada tuntunannya dilakukan dalamacara khusus seperti itu, yang jelas dzikir dan shalawat cara sunnah jauh lebih murah, tidak repot dan pasti berpahala.
Juga misal istri saya berencana ikut rombongan ngalap berkah ke makam-makam orang yang dianggap wali, padahal hal demikian masuk perkara syirik, karena jika alasannya berwasilah(perantara) maka bertawassul dengan amal ibadah adalah yang paling benar, bukan bertawassul melalui bantuan kuburan. Mungkin sebelum dia pergi bersama rombongannya tentu saya akan bertengkar dengan istri saya, karena saya istri saya, orang yang saya cintai berbuat kesyirikan,
Atau juga ketika ikut repot menjadi panitia maulid nabi, tentu saya akan bersuara untuk melarangnya, karena jelas amalan itu tidak ada tuntunannya, tidak pernah diamalkan para sahabat nabi, bahkan juga para imam madhzab, dan yang jelas Nabi tidak pernah ulang tahun dan tidak pernah meminta umatnya memperingati kelahirannya, yang diminta Nabi adalah iitiba'(mengikuti jalannya, memahami syarait2 yang diajarkan beliau dan mengamalkannya dalam kehidupan).
Dan banyak lagi amalan dari istri saya yang ahlul bid;ah menjadi sumber pertengkaran diantara kami,
Memang benar kata para ulama persatuan yang haq diatas dalil sahhih Alquran dan hadist, sementara paham yang menyelisihi adalah sumber perpecahan umat.
Dan firman-Nya.
“Artinya : Dan mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabbmu.” [Hud : 118]
Tatkala Rasulullah bersama para sahabatnya, ia menggaris di atas tanah garis yang lurus dan menggariskan garis-garis lain di kanan dan kirinya. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjuk garis lurus tersebut seraya berkata: “Ini adalah jalan Allah”. Dan beliau menunjuk garis-garis yang bercabang di kanan dan di kirinya dengan mengatakan: ”Ini adalah jalan-jalan sesat, di setiap ujung jalan-jalan ini terdapat setan yang menyeru kepadanya”. Kemudian beliau membaca ayat ini (QS al An’am : 153).
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa” [al An’am :153]
Allah Ta’ala berfirman:
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً)
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, serta ulil amri diantara kalian. Jika kalian berselisih dalam suatu hal, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An Nisa: 59).
No comments:
Post a Comment