Melihat seorang teman yang tiba-tiba dia pindah paham, yang semula pemahaman Sunnah menjadi seorang berpaham tafkiri jadi makin membuktikan bahwa syubhat sangat berbahaya, pemahaman syubhat atau remang-remang/kabur yang tertanam dalam hati seseorang dapat membutakan seseorang sehingga tidak tau mana Sunnah dan mana Bid'ah, mana halal dan mana haram dan seterusnya.
Jadi ingat perkataan Ustadz Abu Zubair Haawary, " taukah antum bahwa batas kesesatan dan hidayah itu sangat tipis, sehingga dapat saja terjadi suatu saat kita yang merasa diatas hidayah sebenarnya sedang dalam kesesatan. Maka diwajibkan kepada kita selalu berdoa kepada Allah agar selalu diberikan hidayah, dan diwajibkan kepada kita mempelajari Alquran dan As Sunnah yang Sahhihah mengikuti pemahaman para Shalafus shaleh, kemudian berpegang teguh kepada risalah."
Dalam kajian lain Ustadz Maududi Abdullah mengatakan, " jangan sekali-kali antum merasa sudah diatas jalan yang lurus(jalan hidayah), karena selama kita hidup kita diberi kewajiban mencari jalan yang lurus itu, makanya disyariatkan kita selalu meminta kepada Allah untuk ditunjukkan jalan yang lurus, kita banyak memintanya baik didalam shalat atau diluar shalat yang kita kerjakan, itu termuat dalam Alfatihah 6, "tunjukkan kami jalan yang lurus. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada jaminan sedikitpun kita selalu diatas jalan yang benar."
Jadi ingat perkataan Ustadz Abu Zubair Haawary, " taukah antum bahwa batas kesesatan dan hidayah itu sangat tipis, sehingga dapat saja terjadi suatu saat kita yang merasa diatas hidayah sebenarnya sedang dalam kesesatan. Maka diwajibkan kepada kita selalu berdoa kepada Allah agar selalu diberikan hidayah, dan diwajibkan kepada kita mempelajari Alquran dan As Sunnah yang Sahhihah mengikuti pemahaman para Shalafus shaleh, kemudian berpegang teguh kepada risalah."
Dalam kajian lain Ustadz Maududi Abdullah mengatakan, " jangan sekali-kali antum merasa sudah diatas jalan yang lurus(jalan hidayah), karena selama kita hidup kita diberi kewajiban mencari jalan yang lurus itu, makanya disyariatkan kita selalu meminta kepada Allah untuk ditunjukkan jalan yang lurus, kita banyak memintanya baik didalam shalat atau diluar shalat yang kita kerjakan, itu termuat dalam Alfatihah 6, "tunjukkan kami jalan yang lurus. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada jaminan sedikitpun kita selalu diatas jalan yang benar."
Dalam surat Al Fatihah yang kita baca setiap shalat, terkandung permohonan doa kepada Allah Ta’ala agar kita senantiasa diberi hidayah di atas shiratal mustaqim, yaitu tatkala kita membaca firman Allah :
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ
“(Ya Allah). Tunjukilah kami jalan yang lurus (shiratal mustaqim), yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat “ (Al Fatihah:6-7).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Si’di rahimahullah menjelaskan : “Hidayah mendapat petunjuk shiratal mustaqim adalah hidayah memeluk agama Islam dan meninggalkan agama-agama selain Islam. Adapun hidayah dalam meniti shiratal mustaqim mencakup seluruh pengilmuan dan pelaksanaan ajaran agama Islam secara terperinci. Doa untuk mendapat hidayah ini termasuk doa yang paling lengkap dan paling bermanfaat bagi hamba. Oleh karena itu wajib bagi setiap orang untuk memanjatkan doa ini dalam setiap rakaat shalat karena betapa pentingnya doa ini” (Taisiirul Kariimir Rahman)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah juga menjelaskan : “Shiratal mustaqim adalah jalan yang jelas dan gamblang yang bisa mengantarkan menuju Allah dan surga-Nya, yaitu dengan mengenal kebenaran serta mengamalkannya” (Taisirul Kariimir Rahman).
Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullah menjelaskan, “ Yang dimaksud dengan shirat (jalan) di sini adalah Islam, Al Qur’an, dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketiganya dinamakan dengan “jalan” karena mengantarkan kepada Allah Ta’ala. Sedangkan al mustaqim maknanya jalan yang tidak bengkok, lurus dan jelas yang tidak akan tersesat orang yang melaluinya” (Duruus min Al Qur’an 54)
Sumber: referensi"Shiratal Mustaqim jalan yang lurus", oleh Dr Andika Mianoki di web muslim.or.id
No comments:
Post a Comment