Salah seorang teman sebuat saja AS bercerita tentang teman lamanya, dulu mereka berdua sangat akrab dan selalu datang di kajian Sunnah bersama, bahkan hingga luar kotapun mereka selalu berdua.
Namun pada suatu hari temannya menerima sebuah buku tentang agama syi'ah, judulnya "buku putih Syi;ah", dan diketahui oleh si AS teman akrabnya, kemudian si teman ini mengingatkan agar membuang saja buku itu, namun temannya berdalih buku itu hanya sebagai referensi saja, kemudian dia baca pelan-pelan buku itu. Selang beberapa bulan si AS tidak bertemu dengan temannya, ketika dia jumpa temannya dan akan diajak ke kajian Sunnah yang kebetulan diisi oleh ustadz dari luar kota mendapat penolakan, dan si AS bertanya kenapa tidak mau ikut bersamanaya, dan sitemannya menjawab bahwa dia sudah pindah paham, yakni paham kaum syi'ah, dan sekarang sudah aktif di taklim kaum syi'ah, subhanaAllah.
Jadi ingat kajian Ustadz Abu Zubair Al Hawaary, beliau ketika ditanay apakah perlu memabaca buku2 aliran sesat seperti syi'ah?, beliau mengatakan, " jika tidak dapat berenang jangan bermain ditepi lautan, jika tidak punya bekal cukup keimanan dan ketaatan, dan punya aqidah tauhid yang sangat kuat jangan coba-coba hal demikian, karena jika pondasi agama kita tidak kuat justru kita akan ikut arus kesesatan itu. Maka sebaiknya hindari hal demikian, itu akan menjaga anda untuk tidak terdorong kedalam jalan kesesatan. Dan buruknya jika kita sudah terkena syubhat( remang-remang, yang semula jelas tau mana sunnah dan mana bid'ah jadi tidak tau sama sekali) kita merasa benar dalam kesesatan itu.
Hati kita itu lemah sementara syubhat itu sangat kuat, jika sekiranya kita mudah terhanyut karena syubhat itu sebaiknya menjauhi dan menghindari syubhat jauh lebih baik buat kita, waallahua'lam."
Benar juga perkataan ustadz, banyak orang merasa benar dalam kesesatan, semua diawali dari syubhat yang masuk kedalam hati mereka secara perlahan tampa mereka ketahui, dan masuknya syubhat diawali ketika para penyeleweng agama menyampaikan argumentasi dan dalih kemudian lahir comment seperti," iya ya benar juga", " ini benar " dan semacamnya, padahal itu menjauhkan mereka dari Alquran dan As Sunnah yang sahhihah, waallahua'lam.
Namun pada suatu hari temannya menerima sebuah buku tentang agama syi'ah, judulnya "buku putih Syi;ah", dan diketahui oleh si AS teman akrabnya, kemudian si teman ini mengingatkan agar membuang saja buku itu, namun temannya berdalih buku itu hanya sebagai referensi saja, kemudian dia baca pelan-pelan buku itu. Selang beberapa bulan si AS tidak bertemu dengan temannya, ketika dia jumpa temannya dan akan diajak ke kajian Sunnah yang kebetulan diisi oleh ustadz dari luar kota mendapat penolakan, dan si AS bertanya kenapa tidak mau ikut bersamanaya, dan sitemannya menjawab bahwa dia sudah pindah paham, yakni paham kaum syi'ah, dan sekarang sudah aktif di taklim kaum syi'ah, subhanaAllah.
Jadi ingat kajian Ustadz Abu Zubair Al Hawaary, beliau ketika ditanay apakah perlu memabaca buku2 aliran sesat seperti syi'ah?, beliau mengatakan, " jika tidak dapat berenang jangan bermain ditepi lautan, jika tidak punya bekal cukup keimanan dan ketaatan, dan punya aqidah tauhid yang sangat kuat jangan coba-coba hal demikian, karena jika pondasi agama kita tidak kuat justru kita akan ikut arus kesesatan itu. Maka sebaiknya hindari hal demikian, itu akan menjaga anda untuk tidak terdorong kedalam jalan kesesatan. Dan buruknya jika kita sudah terkena syubhat( remang-remang, yang semula jelas tau mana sunnah dan mana bid'ah jadi tidak tau sama sekali) kita merasa benar dalam kesesatan itu.
Hati kita itu lemah sementara syubhat itu sangat kuat, jika sekiranya kita mudah terhanyut karena syubhat itu sebaiknya menjauhi dan menghindari syubhat jauh lebih baik buat kita, waallahua'lam."
Benar juga perkataan ustadz, banyak orang merasa benar dalam kesesatan, semua diawali dari syubhat yang masuk kedalam hati mereka secara perlahan tampa mereka ketahui, dan masuknya syubhat diawali ketika para penyeleweng agama menyampaikan argumentasi dan dalih kemudian lahir comment seperti," iya ya benar juga", " ini benar " dan semacamnya, padahal itu menjauhkan mereka dari Alquran dan As Sunnah yang sahhihah, waallahua'lam.
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِاْلأَخْسَرِينَ أَعْمَالاً {103} الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا {104} أُوْلَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِئَايَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَآئِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالَهُمْ فَلاَنُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا {105}
Katakanlah:”Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya”. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. [Al Kahfi : 103 – 105]
No comments:
Post a Comment