Oleh Siswo Kusyudhanto
Dalam sebuah kajian seorang ustadz menjelaskan wajibnya menghindari orang bodoh, "ciri orang bodoh yang melekat kepadanya adalah ketika kita mengajak mereka untuk taat kepada Allah dan RasulNya dan menjauhi larangan Allah dan RasulNya, dia malah marah kepada kita, dan ketika kita sudah meminta maaf namun dia terus marah, dan secara syariat kita wajib meninggalkannya. Ciri orang bodoh juga dia tidak mengerti fungsi dari diturunkannya agama, dia suka berdebat dalam perkara agama, padahal fungsi agama diturunkan adalah untuk dipelajari dan diamalkan, bukan untuk menjadi bahan perdebatan. Waallahua'lam."
Mungkin dalam dunia sosial media lebih tepatnya adalah melakukan blokir kepada orang-orang yang marah ketika menyampaikan amar makruf nahi munkar, meskipun kita sudah meminta maaf namun mereka tetap marah, jika sudah demikian sepatutnya kita meninggalkan dia, dengan cara memaafkan dan mblokirnya, waallahua'lam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ ١٩٩
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199)
Tafsir Ibnu Katsir:
‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan tentang firman-Nya, خُذِ ٱلۡعَفۡوَ “Jadilah engkau pemaaf,” Allah memerintahkan kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam supaya memaafkan kaum musyrikin selama sepuluh tahun (ketika beliau di Makkah), kemudian (setelah hijrah ke Madinah) Allah memerintahkannya supaya bersikap keras terhadap mereka.
Sejumlah perowi menuturkan dari Mujahid mengenai firman-Nya, “Jadilah engkau pemaaf,” ia mengatakan, yakni terhadap akhlak dan perilaku manusia, tanpa mencari-cari kesalahannya.
Hisyam bin Urwah menuturkan dari ayahnya, Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam agar memaafkan berbagai perilaku manusia. Dalam suatu riwayat, ia mengatakan, “Jadilah engkau pemaaf terhadap segala perilaku mereka kepadamu.” Dalam Shahih Bukhari dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, ‘Urwah, dari saudaranya, ‘Abdullah bin az-Zubair, ia mengatakan, “Allah menurunkan: “Jadilah engkau pemaaf,’ hanyalah berkenaan dengan akhlak manusia.
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim sama-sama meriwayatkan: Yunus menuturkan kepada kami, Sufyan –yaitu Ibnu Uyainah– menuturkan kepada kami, dari Umayya, ia mengatakan: Ketika Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan pada Nabi-Nya shallallahu ‘alayhi wa sallam ayat ini,
خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ ١٩٩
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam mengatakan, “Apa ini, wahai Jibril?” Ia mengatakan, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu supaya memaafkan orang-orang yang berbuat zhalim kepadamu, memberi kepada orang yang tidak memberi, dan menyambung orang-orang yang memutuskan perhubungan denganmu.” (Ath-Thabari (VI/ 154) dan Ibnu Abi Hatim (V/1638)
Sumber Referensi anacilacap.blogspot.c
No comments:
Post a Comment