Oleh Siswo Kusyudhanto
Seorang jamaah bertanya kepada ustadz bagiamana sebenarnya pengertian Sunnah dan Bid'ah itu, ustadz menjawab dengan cara sederhana agar jamaah ini memahami.
Beliau mengatakan, " Ini misal ada perusahaan multi internasional menerapkan aturan berpakaian untuk para karyawannya bahwa mulai Hari Senin sampai Kamis datang untuk bekerja menggunakan pakaian kemeja dan celana kain bagi karyawan prianya, dan peraturan ini disampaikan kepada seluruh karyawan, juga dipasang di papan pengumunan kantor itu agar diketahui oleh para karyawan.
Namun ada karyawan yang iseng, menurut dia berseragam pakaian kemeja dan kain sudah lumrah, sudah biasa, dia ingin berbeda dengan karyawan yang lain agar dinilai istimewa, dia datang pada hari senin sampai kamis untuk bekerja menggunakan pakaian adat Jawa, lengkap dengan blangkon dan kerisnya.
Melihat ini tentu atasannya marah dan menegur si karyawan, namun si karyawan bandel, sudah dua tiga kali diperingatkan tetap juga datang bekerja berbapakain adat Jawa, akhirnya setelah diberi surat peringatan kedua tetap bandel, ujungnya si karyawan mendapat surat peringatan ketiga atau dipecat.
Seperti itulah bid'ah, membuat aturan sendiri, padahal sudah ada aturan yang jelas dan terang tentangsegala sesuatunya.
Kalau urusan seragam saja seorang karyawan yang melakukan inovasi dapat diiusir dari perusahaan oleh atasannya, maka jika melakukan inovasi dalam agama seseorang dapat diusir oleh Allah Ta'ala dari surga, alias masuk neraka. Waallahua'lam.
Kalau urusan seragam saja seorang karyawan yang melakukan inovasi dapat diiusir dari perusahaan oleh atasannya, maka jika melakukan inovasi dalam agama seseorang dapat diusir oleh Allah Ta'ala dari surga, alias masuk neraka. Waallahua'lam.
Semoga kita dijauhkan dari inovasi-inovasi dalam agama, alias perkara yang masuk dalam bid'ah, aamiin.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)
Dalam riwayat An Nasa’i,
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ ، إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” (HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i)
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” (HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i)
Sumber Referensi " Hadits-hadits tentang Bid'ah", karya Ustadz Yulian Purnama di muslim.or
No comments:
Post a Comment